Sabtu, 12 Juli 2008

HITAM PUTIH ABU-ABU

HITAM PUTIH ABU-ABU
Tanpa pikir panjang, aku tusuk orang itu dan meninggalkannya di jalanan. Malam itu awal aku menusuk orang, aku nggak tahu orang itu mati atau tidak. Saat aku tinggalkan dia masih memegangi perutnya yang penuh darah.
Sebenernya masalahnya sepele, hanya karena dia mengambil nasi bungkus anak gelandangan yang sering ngamen di pertigaan Botasko. Aku nggak terima dia mengambil yang bukan haknya, apalagi anak yang tak berdaya. Karena aku tahu, untuk mendapatkan sebungkus nasi dia harus berpanas-panas dulu menyanyikan lagu sumbang, itu pun belum tentu ada yang merelakan recehannya.
Aku dilahirkan di lingkungan yang menurut orang surga dunia, tapi menurutku itu bukan surga dunia, tapi lebih menyerupai pintu neraka. Yup…aku lahir di lokalisasi, siapa bapak aku, aku nggak tahu, mungkin aku lahir dari ratusan macam kombinasi sperma yang melayang-layang saat mereka melepaskan birahinya bersama ibuku di sebuah bilik, hingga terlahir seorang aku.
Tumbuh besar di jalanan, membentuk aku menjadi pribadi yang keras dan kadang membrontak, mungkin aku juga mewarisi bebagai macam kepribadian yang menjadi langganan ibuku.
Aku tidak pernah merasakan perhatian apalagi kasih sayang seorang Ibu. Ibu menitipkan aku kepada seorang mucikari, karena ibuku pergi ke Malaysia menjadi TKW, ibu pengen berhenti dari pekerjaannya. Setidaknya aku bisa banggain diri aku, karena dengan lahirnya aku, ibukku merubah jalan hidupnya.
***
Kerasnya jalanan, memaksa aku untuk mempertahankan apa yang aku miliki walaupun nyawa taruhannya. Aku tidak pernah takut mati, karena mati hanya soal waktu. Semua manusia harus mati, karena itu konsekuensi dari hidup. Jika kamu takut mati mending kembali ke rahim ibumu, jangan pernah menghirup udara dunia. Mempertahankan apa yang kita miliki dan harga diri jauh lebih penting.
***
Aku dan teman-temanku sering dipandang sebelah mata, tatapan sinis udah biasa aku temui saat aku ngamen barang temen-temen. Padahal kami cuma minta keikhlasan cepek mereka. Aku pikir mereka nggak bakalan jatuh miskin dengan keluarin cepek boat kami. Walaupun kecil, tapi itu modal aku dan temen-temen boat makan hari ini. Tapi tidak semua orang memandang kami sinis, masih ada juga orang yang relain kupingnya tuk dengerin suara fales kami, ada juga yang relain tenaganya boat bantu kami, memberi pekerjaan sambilan.
***
Aku nggak pernah mengerti tentang agama, karena orang tuaku nggak pernah mengajari apa itu agama, karena aku juga nggak tahu yang mana orang tuaku, bukan dimana orang tuaku. Ibu yang melahirkan aku cuma satu, bapak aku banyak begitupun dengan semua perempuan yang ada di kompleks, mereka semua aku anggap Ibu, yang telah merawat dan membesarkanku. Lingkunganku pun juga bukan tempat yang layak untuk belajar agama. Aku tahu agama dari radio, dan khotbah Jum`at yang ada di ujung stasiun.
***
Hidup itu pilihan!!!, dan inilah jalan yang aku pilih. Aku bukan orang yang “putih”, karena aku sadar aku juga sering melakukan kesalahan, mendekati dosa dan bahkan kadang aku lupa akan Tuhanku. Tapi aku juga bukanlah orang yang hitam, karena aku masih haus untuk berbuat baik terhadap sesamaku, aku juga masih menjalankan perintah agamaku, walaupun belum sempurna. Aku yakin aku ga` bisa sempurna, karena kesempurnaan hanya milik TUHANKU. Yang harus aku lakukan adalah mendekati kesempurnaan itu.
Aku lebih senang mendiskripsikan diri sebagai “abu-abu”. Pernah suatu hari aku minum dengan teman-temanku, karena (alasan) solidaritas. Aku sadar dan tau banget efek maupun konsekuensi agama jika seseorang minum. Hal itu aku lakukan (sekali lagi) karena alasan solidaritas. Tapi setelah minum aku mendengar suara adzan, itu tandanya panggilan untuk menjalankan kewajiban agamaku, segera kulaksanakan perintah Tuhanku tanpa terpikir bahwa aku tadi telah minum, dan Tuhan mungkin saja tidak menerima ibadahku. Yang ada dalam pikiranku adalah, aku menjalankan kewajibanku, diterima atau tidak itu hak Tuhanku, dan orang lain tidak berhak menilai aku karena “ONLY GOD CAN JUDGE ME” OK. Aku sadar, aku masih abu-abu, aku juga sadar aku tidak akan menjadi putih, Putih itu milik TUHAN.
(Mungkin), banyak yang kontra dengan pandanganku yang seperti ini, ya…..aku hargai mereka dan (mungkin saja) mereka benar. Tapi inilah aku, aku adalah orang yang unik, karena Tuhan hanya menciptakan seorang AKU, hanya satu, tidak akan ada orang yang sama persisi seperti aku, karena aku unik. Inilah jalan hidup yang aku pilih, yaitu “abu-abu”. Aku enjoy dengan hidupku, aku tidak mengganggu kehidupan orang, aku tidak melanggar hukum, dan yang paling penting temanku juga enjoy dengan aku, mereka tidak mempermasalahkan jalan hidupku, karena mereka sadar bahwa “ HIDUP ITU PILIHAN”.

***
Walaupun aku sekarang masih abu-abu, dalam hati kecilku aku juga berkeinginan agar putih lebih dominan daripada hitam, di dalam hatiku. Aku selalu berusaha untuk mendekati putih, tapi dalam usahaku selalu ada godaan yang membuat aku menorehkan tinta hitam lagi. Tidak bisa aku pungkiri hal itu, karena masa laluku yang begitu hitam, walaupun sekarang agak berbeda, tapi aku masih berada di lingkungan itu.
Mungkin bagi kebanyakan orang menilai bahwa kami ini orang-orang yang nggak berguna, yang menjadi sampah masyarakat, tidak layak untuk di dekati, apalagi dijadikan teman. Itulah stereotype yang muncul di masyarakat. Tapi apakah adil bahwa kita hanya menilai seseorang secara hitam putih saja. Aku kira nggak ada satu orang pun di dunia ini yang seluruh hatinya jahat untuk dibasmi, dan nggak ada pula orang yang hatinya baik semua untuk dipuji. Setiap orang pasti punya kelebihan dan dan kekurangan, dan tidak ada orang yang tidak melakukan kesalahan, karena ada dua warna di hati mereka HITAM dan PUTIH.

1 komentar:

akinuy mengatakan...

emmmm..,hidup kan mang pilihan dan kita sering erada antara putih juga hitam itu tho,
bawaan manusia yach mungkin gitu kale yach,
jadi inget tiap rapat staf bareng bos selalu bilang juga di tiap kesempatan, bahwa apa yang kita dapet tiap bulan tuch ada yang putih, juga ada yg abu2, tapi jangan sampai hitam dech..,
paling kita sucikan dengan bederma getho, tapi ada kawan aku yg bilang kalo bisa putih untuk apa ngopeni yang abu2.
mbuhlah cuthel^_^

salam anferianveri....