Rabu, 01 Juli 2009

HATAS Q and M




HATAS: Sebuah cerita dari kota kecil Purworejo
Ketika aku mengikuti sebuah penelitian HATAS. Penelitian hasil kerja sama RAND dan UCLA California dan Surveymeter. Penelitian ini sudah dimulai sekitar tahun 2002 dan masih ada sampai sekarang. Sebuah penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat produktivtas dengan kesehatan, terutama penyakit anemia. Tapi bukan kemegahan itu yang ingin aku ceritakan.

Kami dibagi menjadi beberapa tim untuk wawancara semua responden di kabupaten Purworejo yang mencapai angka diatas 1500 responden. Banyak hal yang aku pelajari selama mengikuti penelitian ini selama dua putaran Q dan M. Melakukan wawancara dengan seluruh responden dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Membuat aku bertemu dengan berbagai macam karakter manusia. Ada responden yang menerima kami secara baik-baik dan memberikan waktunya untuk ditanya-tanya, yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Biasanya responden ini berada di pedesaan. Bahkan tak jarang kami diberi makanan untuk dibawa ke basecamp. Ada pula yang menawarkan untuk menginap di rumahnya. Aku merasakan ketulusan di hati mereka, tanpa pamrih apapun.

Hidup berpindah-pindah dari satu desa ke desa lain dengan mata pencaharian yang berbeda pula. Ada anak kecil 8 tahun yang sudah pandai mengayam bambu untuk dijadikan besek, kecepatan tangannya luar biasa. Ada pula seorang Bapak dengan licahnya memanjat pohon kelapa untuk diambil niranya. Dari hasil wawancaraku beliau mempunyai 20 pohon kelapa, tiap pagi dia memanjat pohon untuk meletakkan bumbung bambu, sorenya diambil. Jadi kalau dihitung sehari dia memanjat sebanyak 40 kali broer…. dengan taruhan nyawa. Kalau jatuh ya..apes-apesnya patah kaki lah. Sungguh tidak sebanding dengan penghasilan yang mereka dapatkan. Tapi itulah mereka, demi anak istrinya dia rela mempertaruhkan nyawanya. Bersyukurlah, aku bisa kerja menulis seperti sekarang .

Pernah aku wawancara dengan pria berumur 60an tahun, profesi dia tukang cari kayu. Dia hidup sebatang kara. Ketika aku masuk rumahnya, Ya Allah benar-benar memprihatinkan, rumahnya terpisah dari penduduk yang lain. Ruang tamu, tempat tidur dan dapur menjadi satu. Dia tidur diatas ranjang bambu yang sudah reot. Untuk makan dia mengandalkan hasil penjualan kayunya dan tanaman yang di tanam di belakang rumahnya. Tapi aku melihat bapak ini tampak menikmati hidupnya, seolah-olah dia tidak merasa kekurangan. Bersyukurlah, aku masih bisa tinggal di tempat yang nyaman seperti sekarang ini.

Selama penelitian di HATAS aku belajar bersyukur dengan kondisi ku sekarang, paling tidak ada banyak yang bisa aku jadikan cermin untuk mensyukuri nikmat GUSTI ALLAH.

Namanya juga tim, hidup serumah dengan berbagai karakter dan sifat, pastilah timbul konflik-konflik kecil. Kebetulan juga tim ku dulu juga retak. Di sini aku belajar bagaimana caranya manajemen konflik, dan bertahan menghadapi konflik itu, akhirnya aku dapat melewati konflik itu juga. Ketika sebuah tim ada konflik, maka info itu akan cepat menjalar ke tim lain seperti layaknya sebuah virus, dan jika ada infotainment hatas, maka berita itu akan menjadi santap pagi bagi tim lain sambil ngedit kues.
CINLOK……..ha..ha..ternyata tidak hanya popular dikalangan artis saja, ada beberapa diantara kami yang terlibat cinlok. Baik dengan sesama enumerator, maupun dengan responden. Aku sendiri pun pernah deket dengan beberapa responden.

Dari semua wilcah yang pernah aku datangin semuanya meninggalkan kesan, dan sampai sekarang aku juga masih keep in touch dengan beberapa responden. Banyak saudara, banyak silaturahmi, banyak rejeki. Wilcah yang paling berkesan mungkin waktu aku di kota, selain karena tempatnya yang nyaman untuk melepas penat juga karena di sini aku bertemu dengan seorang gadis SMU dan hubungan kami pun berlanjut. Tapi seandainya aku menikah dengan dia, aku pun juga akan jadi RESPONDEN HATAS, hmmmhh…….. I can`t imagine.

Hatas putaran Q dulu supervisor aku mbak Setyo, beliau bener-bener wise, bisa ngemong tim. Tak jarang setelah ngedit aku ngobrol-ngobrol dengan beliau, pandangan-pandangannya sangat mengispirasi aku. Sampai sekarang Mbak Setyo adalah salah satu orang yang mendukung karirku sampai jadi seperti sekarang ini. Mbak Setyo sudah seperti layaknya saudaraku, Kakak yang selalu menyemangati aku untuk bertahan dengan profesiku yang sekarang ini. Saat aku “SALAH” pun dia tidak serta merta “MEMUKUL”, dengan sabar dia mengulurkan tangannya, membantu aku untuk bangkit dari kesalahan. Silaturahmi kami pun tetap terjaga, meski kami jarang bertemu……matur suwun sanget mbak.

Resignnya aku dari HATAS bukan karena konflik atau apapun. Tapi karena ada kesempatan yang menurutku lebih baik. Kesempatan untuk menerjuni dunia broadcast yang selama ini aku impikan. Dengan senang hati Mbak Setyo merestui aku untuk berpindah “mencangkul berlian” di ladang lain.

Meskipun aku sekarang sudah tidak di Surveymeter, tapi Surveymeter dengan HATAS nya telah memberi aku banyak pelajaran hidup, saudara, teman-teman yang baik. Terima kasih buat seluruh temen-temen di Surveymeter. Bu Bondan SIKOKI, meskipun kita belum pernah ngobrol dekat, tapi saya salut dengan perjuangan dan karir jenengan, nama jenengan di dunia penelitan sudah sampai ke mancanegara, terima kasih telah memberi saya kesempatan untuk belajar di Surveymeter.

Dedicated to all my friend and HATAS respondent:
Mas Dono, Sigit, Endraw Tigor, Pak Dasri, Mas Saputro, Dian Hestina, mBak Vita, Dui Meger, Rossa, Endriw, Trimah, Lila Indriana, last but not least my new friend cahaeiyu

Salam


Benny Pew
http://baliklayarindonesia.blogspot.com