Rabu, 07 November 2012

Gerakan Belanja di Warung



Gerakan Belanja di Warung
Dahulu supermarket ada di kota besar yang biasanya menyatu dengan mall. Beberapa tahun terakhir minimarket modern telah merambah hingga tingkat kecamatan. Terkadang lokasinya berhadapan dengan pasar. Hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi pendapatan warung-warung yang ada di kampung, karena masyarakat lebih suka belanja ke mini market meskipun hanya beli sebatang sabun mandi. Bermacam alasan yang terlontar diantaranya tempat yang nyaman, barangnya lengka. Jarak tidak menjadi masalah karena untuk mencapai mini market tersebut tidak lebih dari 15 menit dari rumah
Jika kita lihat dengan seksama ada perbedaan yang begitu mencolok selain tempat yang nyaman dan kelengkapan barang. Di warung ada sebuah sisi HUMANISME dan kedekatan secara emosional, karena antara penjual dan pembeli telah kenal dekat, hidup menyatu dalam satu kampung.
Kedekatan emosional ini tidak kita dapatkan saat belanja di mini market, selesai memilih barang yang diperlukan kita membayar di kasir, setelah itu...??? Ya.... paling kita mendapatkan ucapan terima kasih dari petugas kasir. Jangankan mengenal pemilik mini market, bahkan kita tidak peduli dengan nama kasirnya jika kasirnya tidak cantik hehehehe...
Apakah kita hanya berdiam diri melihat kenyataan ini, mengandalkan regulasi  pemda yang membatasi pendirian mini market? Semuanya bisa kita mulai dari diri kita sendiri dengan cara membiasakan berbelanja di warung. Karena bukan tidak mungkin warung itu merupakan tumpuan hidup keluarga, apakah kita akan membiarkan mereka mati pelan-pelan.
 Jika gerakan ini hanya dilakukan satu orang maka hasilnya tidak maksimal, bayangkan perubahan satu orang diikuti oleh orang lain, akan tercipta efek yang dasyat. Fenomena koin prita telah menyadarkan kita tentang besarnya sebuah nilai KOIN jika seluruh indonesia menyumbangkan koinnya.