Jumat, 09 Maret 2012

Man Jadda Wa Jadda sebagai Afirmasi




INT. KELAS – PAGI      
Seorang ustadz masuk ke dalam kelas membawa sebilah pedang dan balok kayu. Tampak para santri bingung melihat ustadznya itu. 

ALIF: Pedangnya Karatan......

USTADZ: Iya...pedangnya berkarat

Tak lama kemudian ustad berusaha memotong balok kayu dengan padang karatan itu. Tampak ustadz berusaha keras supaya kayu itu terbelah. Semakin lama ustadz mengayunkan pedangnya ke kayu tersebut hingga akhirnya  kayu itu terbelah menjadi dua.

USTADZ: Bukan karena tajamnya pedang, tapi kesungguhan kita// Man Jadda Wa Jadda// Siapa yang bersungguh-sungguh dia yang berhasil.

Ustadz  mengulangi lagi kata Man Jadda Wa Jadda hingga berkali-kali penuh semangat. Beberapa santri mengikuti kata ustadz. 

Tampak Alif yang duduk di depan enggan mengucapkan kata Man Jadda Wa Jadda. Ustadz semakin keras mengucapkan kata-kata itu, hingga semua murid mengucapkan kata Man Jadda Wa Jadda sambil mengepalkan tangannya termasuk Alif.

Begitulah kira-kira sepotong adegan dalam Film Negeri 5 Menara yang membuat hati saya merinding. Film ini diadaptasi dari Novel  yang berjudul sama yang ditulis oleh Mas Fuady. Negeri 5 Menara mengisahkan persahabatan  6 orang santri yang ngangsu kawruh di Pondok Pesatren Madani.  Sebutan Shahibul Menara muncul karena mereka sering menghabiskan waktu di bawah menara masjid pesantren. Di Bawah menara inilah mereka berjanji untuk keliling dunia dan berfoto  di bawah menara yang menjadi Icon negara yang mereka kunjungi.

Kata Man Jadda Wa Jadda saya dengar pertama kali diucapkan oleh penulis buku Negeri 5 Menara saat menjadi bintang tamu di Kick Andy. Kata-kata itu langsung masuk dalam hati, saya pikir ini bisa dijadikan sebuah afirmasi untuk meraih apa yang ingin saya capai.  Saya mencoba memasukkan kata-kata itu ke alam bawah sadar, sehingga di otak saya terinstal sebuah program yang positif. 

Man Jadda Wa Jadda yang berarti siapa yang bersungguh-sungguh dia akan berhasil. Hal ini dianalogikan dengan membelah kayu dengan pedang yang karatan. Ternyata pedang yang karat pun bisa digunakan untuk membelah kayu. Hanya kesungguhan yang dibutuhkan, bukan alat atau fasilitas yang bagus. Mungkin hal inilah yang dilakukan oleh Thomas Alva Edison, dalam keterbatasannya dia bisa menemukan sebuah lampu. Jika dia menyerah dalam percobaan yang pertama, rumah kita tidak akan seterang sekarang.  Thomas Alva Edison terus mencoba dengan sungguh-sungguh sehingga penemuannya sangat bermanfaat untuk menerangi dunia hingga kini.

Sebelumnya saya sering menggunakan Hasbunallah Wa ni`mal Wakil sebagai afirmasi ketika sedang dalam kondisi terpuruk atau takut menghadapi sesuatu. Hasbunallah Wa ni`mal Wakil pernah diucapkan Kanjeng Nabi Muhammad ketika dia bersembunyi di dalam Gua Hira. Kini saya mempunyai satu afirmasi lagi yaitu Man Jadda Wa Jadda.


salam 

benny pew
http://baliklayarindonesia.blogspot.com