Senin, 22 September 2008

Manajemen Kecewa

Manajemen Kecewa
bennypew

Jadikan kekecewaan energi untuk menjadi lebih baik Kata-kata itu mungkin terasa aneh, idealis dan kayaknya tidak mungkin untuk dilakukan. Yup, hal itu tidak sepenuhnya salah jika kita tidak bisa me-manage kekecewaan itu sendiri. Cerita akan menjadi lain apabila kita bisa me-manage, kekecewaan untuk menjadi sebuah energi.


Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, bagaimana kita menjadikan kekecewaan itu menjadi sebuah energi? Jika kita dikecewakan orang lain, janganlah berlarut-larut, sehingga akan membuang energi dan kita pun tidak mendapat apa-apa. Cobalah memahami kenapa seseorang itu mengecewakan kita, selanjutnya dengan rasa kecewa itu motovasilah diri anda, bahwa anda bisa melakukan apa yang dia lakukan.


Motivasi yang kuat otomatis akan menghasilkan energi yang besar. Selayaknya kita hidup di dunia nyata bukan di cerita sinetron, dalam mewujudkan keinginan kita pasti menemui halangan, tapi dengan energi yang besar halangan itu akan terasa mudah untuk dilalui.


Jika kita ditinggalkan pacar, kecewa itu pasti… dan itu adalah hal yang manusiawi. Menjadi tidak manusiawi jika kita larut dalam kekecewaan itu sendiri, sehingga orang lain bisa tepuk tangan dengan keadaan kita. Positive Thingking aza, bahwa dia berarti bukan yang terbaik untuk kita, motivasilah diri anda bahwa anda bisa mendapatkan penggantinya yang lebih baik. Itu akan lebih baik daripada anda membuang-buang air mata, menyiksa perut dengan cara tidak makan, dan mengkerdilkan pikiran dengan mengurung diri di kamar.
Hal yang paling menyedihkan adalah mengobati kecewanya dengan cara mempercepat kematian. Jadikanlah sebuah kekecewaan itu madu bukan racun, SAYANG!!!!


Sebuah kasus lain, ini saya alami sendiri saat menyusun tugas akhir. Ema, temen deket saya, juga menyusun tugas akhir. Kami sering diskusi masalah tugas akhir, dia sering minta bantuan saya untuk membantu teori apa yang digunakan untuk tugas akhirnya. Karena saya sudah ujian proposal sedangkan dia belum, dia jauh ketinggalan di belakang saya.


Pada saat dia ujian proposal kami ada masalah, jadi saya tidak tahu perkembangan dia dalam penyusunan tugas akhirnya. Saya sendiri masih santai-santai aza tidak lanjut ke bab-bab berikutnya, karena saya pikir saya tidak mungkin ikut wisuda periode Juli.


Setelah satu bulan, saya tidak menyangka bahwa Ema talah sampai ke pembimbing I, saya menyusun bab II pun belum. Saya langsung drop, kenapa dia yang baru ujian bisa langsung cepet, sedangkan saya? Untung perasaan drop saya tidak lama, seketika saya langsung motivasi diri saya sendiri untuk mengejar ketinggalan, Ema saja bisa saya yakin juga bisa melakukan hal yang sama. Saya kebut menyusun tugas akhir bab II sampai kesimpulan hanya dalam jangka waktu satu 3 minggu.


Selanjutnya saya ajukan ke dozen pembimbing , Beda dengan bimbingan sebelumnya yang memakan waktu satu bulan, bimbingan kali ini cuma seminggu plus revisi. Hal tersebut mungkin tidak terjadi jika saya tidak kecewa terhadap Ema. Saya akan santai, dan menunda-nunda revisi dan bimbingan. Hal yang menggembirakan lagi adalah saya ikut wisuda Juli, dan saya selesai sebelum target saya. Alhamdullilah saya diberi kekecewaan, terima kasih ya ALLAH, terima kasih Ema.

1 komentar:

Feliscia Joan Kesuma mengatakan...

tidak mudah menghilangkan rasa kecewa. apalagi rasa kecewa tuh berkaitan dengan rasa percaya yang terkhianati.

tapi semua tuh bisa cepat teratasi kalau ada dukungan orang2 sekitar yang bisa terus memberi support dan dukungan doa yang tidak henti2nya.

setelah "healing" dari rasa kecewa yang sangat2 membuat "down" atau mungkin frustasi, baru mata dan pikiran kita terbuka, bahwa ternyata dibalik kekecewaan yang menyakitkan tuh, ada peljaran besar yang Tuhan mau kasih kepada kita.

besi atau emas harus di bakar dan di bentuk untuk menjadi hasil yang bagus dan indah, begitu juga Tuhan membentuk kita manusia melalui masalah2 hidup yang mungkin mengecewakan dan menyakitkan.

oleh karena itu, seharusnya kita bisa bersyukur masih di kasih cobaan hidup, tuk membuat kita makin dewasa dan tegar dan kuat menjalani hidup yang semakin hari semakin keras dan jahat.

dan akhirnya balik ke iman kita kepada Tuhan yang memberikan kita "kesempatan" untuk merasakan penderitaan yang mungkin tidak seberapa dibandingkan dengan penderitaan saudara2 kita yang kelaparan, kedinginan, ketakutan. karena penderitaan yang berujung kekecewaan akhirnya membawa suatu perubahan besar dalam hidup kita nantinya.

best regards,

Fel ...